Parah parah
paraaah udah hampir 16 tahun gue ninggalin blog dan hampir ga nulis lagi, gue
bahkan lupa kalo gue punya blog...
Mungkin
karena sekarang gue sibuk gue jadi ngelupain harta gue ini, ya sibuk. Tidur,
makan, ngupil, main gitar, sibuk kan?
Setiap hari
gue sibuk menjalani rutinitas pelajar sma gue yang sangat sibuk itu, sampai
pada suatu malam yang sangat sibuk gue inget kalo gue punya blog. Saat itu gue
lagi ngupil, blogsulittt gue temukan dalam keadaan
terlantar dan tidak terurus, sampai ada beberapa gelandangan dan anak punk yang numpang tidur. Mungkin mereka kira blog gue ini ruko kosong. Sial.
terlantar dan tidak terurus, sampai ada beberapa gelandangan dan anak punk yang numpang tidur. Mungkin mereka kira blog gue ini ruko kosong. Sial.
Terpaksa
blog gue harus difogging terlebih dahulu untuk mengusir gelandangan dan anak
punk tersebut. Atau bisa disebut gelandangan punk jika mereka bergabung.
Perasaan gue
saat inget kalo gue punya blog itu hampir mirip dengan perasaan seorang ibu-ibu
separuh buaya yang tertabrak truk sampah saat sedang menjemur pakaian dalam,
kemudian hilang ingatan, lari ke jalan raya dan tertabrak lagi.
Gue bener-bener
kangen meenn sama blog gue yang berantakannya hampir mirip dengan muka gue ini,
parah!
Tulisan-tulisan
gue dari jaman jebot gue baca ulang, gue bernostalgila sendirian di kamar...
Engga, bukan di kamar mandi.
Inget ya
bukan di kamar mandi.
Kadang kalau
ada bagian yang lucu gue ketawa-ketawa sendiri sampai mulut berbusa kaya badak
epilepsi, giliran ada bagian yang galucu bahkan jayus maksimal, gue langsung
pura-pura lupa ingatan,
“Sumpah
bukan gue yang nulis ini, pasti bukan gue!!! Kalaupun emang gue, pasti saat itu
gue lagi kemasukan arwah kudanil.”
Kalimat
ini selalu gue ucapkan berulang-ulang dalam hati kalau gue menemukan tulisan
gue yang jayus. Sampai akhirnya gue kemasukan arwah kudanil beneran.
Nostalgia
yang absurd dan penuh tumpah darah itu ternyata telah membangkitkan keinginan
gue untuk mulai ganti kelamin. Maaf, salah, maksud gue membangktkan keinginan
gue untuk mulai menulis lagi.
Akhirnya
malam itu gue membulatkan tekad,
“Gue,
Raja Lascano, mulai detik ini berjanji akan menulis semua kejadian yang sudah
maupun belum gue alami dan memastikan siapa saja yang gue tulis akan
*terhina!”
Setelah
mengucapkan sumpah ini gue lagi-lagi gue kerasukan arwah kudanil.
Sekarang gue
mau nulis tentang The Turning Woman, bukan, dia ngga suka
muter-muter, dia juga bukan siluman gangsing.
Dia kakak
kelas gue di sma, namanya.... Ummm.... Yah sebut aja wisnu, umur kira-kira 16
tahun, cantik parah.
Wisnu itu
segalanya buat gue...
Ngggg....
Tunggu,
kenapa tulisan gue jadi kayak curhatan remaja yang kelainan seksual gini!?
Sial, gue normal, gue normal, lo normal ja, elo normal! Oke gue normal.
Lanjut
cyiiinnnn~
Maaf atas
interupsi barusan, karena nama Wisnu agak terkesan homo, kita ganti aja jadi
abi.... ngga, bukan abi yang jenggotan pake peci, jago solat dan jidatnya
kapalan. Itu umi dan abi. Astaga kenapa jadi ga fokus gini, fokus jaaa fokuss
fokuusssss fokuuuusssaaarrrggghhh!!!! *buka celana*
Oke kali ini
ciyus.
Sebut aja
namanya Paulina. Kenapa si paul gue ibaratkan dengan The Turning woman? Turning
yang gue maksud ini bukan berubah, tapi belok. Gue sebenernya mau nulis wanita
belokan atau wanita membelok, atau wanita tikungan, gadis belokan, sumpah gue
bingung, malah tadinya mau gue tulis Janda Haus Darah.
Akhirnya
setelah merenung 2 hari 15 malam judulnya gue rubah ke bahasa inggris,
maksudnya si biar keren, tapi karena pengetahuan gue soal bahasa inggris
setingkat dengan kera, jadilah judul The Turning Woman, yang artinya dilarang pipis
sembarangan.
Tikungan,
ya, tikungan. Gue selalu ketemu si paul pas di tikungan dan itu bikin gue mau
cepirit. Lo bayangin aja gue belom siap mental, belom pasang muka ganteng tiba
tiba langsung papasan. JEDERRR!!
Selalu di
tikungan, entah itu tikungan koridor sekolah, tikungan toilet, bahkan sampai
tikungan tol jagorawi. Gue rasa dia punya hobi menikung dan kalau jalan
gapernah bisa lurus, gue takutnya pas lagi nikung dia ngedrift.
Tapi yang
paling parah, paul telah menikung hati gue...
Memang, kehidupan
anak sma itu ga jauh-jauh dari cinta. Padahal mereka tau kalau mereka selalu
dibodoh-bodohi oleh cinta, mereka tau kalau ujung-ujungnya mungkin menyakitkan,
dan terkadang mereka juga tau, kalau cinta mereka mungkin takkan
terbalas.
Yaaa tapi
tetep aja dilakuin, dan ga cuma sekali dua kali,
tapi
745.109.326 kali.
Betapa
idiotnya manusia kalau misalnya ‘cinta’ di atas diganti dengan ‘kejedot’,
keledai aja cuma 2 kali kejedot, itu juga karena benjol dia berenti.
Nah
kalau manusia? Bayangin betapa banyak benjolan di kepala yang diakibatkan oleh
jedotan-jedotan bodoh yang sampai ratusan juta kali itu.
Tapi bukan
ini yang mau gue bahas, masalah cinta udah pernah gue tulis di Cinta Balik ke
konteks awal, si Paulina.
Gue akan
menceritakan tentang awal gue dan paul bertemu, you better fasten up ur
seatbelt. Are you ready kids?
*backsound
When She Loved Me – Sarah McLachlan*
Awal gue
ketemu paulina sehari sesudah hari guru kemarin.
Sekolah gue
ngadain acara yang lumayan meriah pas hari guru, dari mulai upacara yang
dipimpin oleh guru sampai pertandingan-pertandingan yang gatau kenapa diadain
pas hari guru, sampai ada pertandingan main gede-gedean upil satu sekolah! Boong
deng...
Sebagai anggota osis dan pelajar yang
baik, gue dateng terlambat. Gue disetrap dan disuruh kayang sambil minum air
dalam keadaan celana terbuka.
Seleseai setrap, gue sama anggota osis
yang lain siap-siap ngatur set buat berbagai macam acara, ada juga yang masih
latihan pidato padahal pidatonya mulai 5 menit lagi, sungguh hina.
Gue berharap itu bukan temen gue.
Tapi ternyata orang yang latihan pidato
itu adalah sahabat gue hap, sial.
Dengan badan yang gendut dan muka mirip
godzilla hap komat-kamit sendirian sampai busa dimulutnya memenuhi ruangan.
"....today is the day we die,
blablabla"
"Eh ja, pronounce gue udah pas
belom?"
"Udah kok, cuma intonasinya aja
dianuin dikit"
"Oh sip. Azyumehahdbihe
blablabla"
Dia terus komat kamit sendirian di deket
jendela, sudahlah pikir gue, biarlah gajah thailand itu komat kamit, toh ngga
mengganggu orang lain ini. Tapi pas gue perhatiin, hap terlihat seperti lepas
kendali. Badannya bergetar, tangannya bergerak liar bagaikan zombie alay,
matanya membelalak lalu dari mulutnya menetes air liur dan busa.
"....because we are
hrrggrraahhh"
"Hap? Lo kenapa?"
".....kuda.. ayam..
perawannrrhhgggrraaahh"
"HAAPP!! Woi tolongin! Hap kerasukan
setan kelainan seksual! Dia minta kuda perawan, tolong!"
"Bukan begohhrraaggghhh...."
Setelah beberapa saat akhirnya hap pulih
kembali, dia kemudian pidato di lapangan dalam keadaan tegang dan dengan celana
yang di bagian pantatnya ada bercak coklat kekuningan. Mungkin sangking
tegangnya dia cepirit.
Setelah sesi pidato, sekarang giliran sesi
musik. Gue, hap dan satu temen gue misun akustikan di panggung. Gue main gitar,
misun main drum, yang nyanyi si badak ambon. Pas si badak ambon nyanyi semua
langsung teriak-teriak, entah karena bagus atau gendang telinga mereka pecah
karena mendengar raungan badak. Tapi, akustikan gue waktu itu lumayan berhasil
dan dapet respon yang bagus juga dari media massa...
Boong deng.
Sesi musik selesai, sekarang masuk ke sesi
olahraga. Di sesi inilah gue ketemu Paulina.
Pas gue lagi jalan sama misun yang
bentuknya kayak siluman tupai mau nyiapin alat-alat buat anuan, ada guru
manggil gue
"Ja, Kevin! Sini sebentar, mau kue
ngga?"
Gue sama misun ditawarin kue hutan hitam
(black forest).
Setelah gue dan misun makan hutan hitam,
ada lagi yang manggil gue, kali ini cewek.
“Raja, lo mirip temen gue deh. Gue foto ya”“Mmm, boleh.”
Yap, orang ini adalah paulina, tapi saat itu gue
belum tau kalau itu dia. Jadi gue pede aja difoto dengan gaya abg salah
pergaulan. Masih untung dia bilang gue mirip temennya, coba kalau dia bilang
gue mirip binatang peliharaannya? Emang sih muka gue mirip tapir, tapi ngga
gitu juga.
Gue sama misun lanjut nyiapin meja komentator
pertandingan, si ambon satu ini terus meneror gue dengan cie cie nya yang bikin
gue jadi haus darah. Bahkan saat dia lagi jadi komentator dia masih terus
meneror gue, sampai akhirnya semua ikut nganuin gue. Bangke.
Setelah beberapa pertandingan paul nyamperin gue
dan minta foto lagi, karena gue masih belum tau kalau itu si paul, gue mau-mau
aja. Dia bilang
“Ja yang tadi kurang bagus, mukanya. Sekali lagi
doong senyum tapi”
“Senyuman gue mahal men”
Gue ditampar.
Boong deng~
Hari pun berlalu, dan gue masih belum tau paul
yang mana. Gue ngelamun sendiri di kelas, ngebayangin muka paul seperti apa.
Setiap ada yang cie-cie darahnya langsung gue hisap, terus gue jual ke bank darah
buat nambahin beli porsche.
Pas gue lagi ngelanjutin bengong, tiba-tiba ada
kakak kelas yang minta tolong diiringin musik sama gue dan misun buat praktek
seni, yahh daripada bete, sekalian nemenin misun gue ikut aja.
Gue sama misun ngiringin lagu Citra – Aku Pasti
Bisa. Pas lagi latihan, ternyata banyak kakak kelas yang minta diiringin juga.
Jadi deh gue sama misun bolos pelajaran sampe sore.
Praktek seni kelas XII pun dimulai.
Tumpah darah kakak kelas berjuang untuk
mendapatkan nilai praktek berlangsung seru, ada yang lupa-lupa lirik, kadang
gue lupa kord, misun juga suka ngacak-ngacak tempo. Emang sialan si kurap satu
ini.
Ditengah praktek ada break sebentar dari anak-anak
fashion, mulai deh tuh perawan-perawan jalan muterin lapangan dengan goyangan
pinggul yang tidak berkeprimanusiaan. Di antara anak-anak fashion itu ada
mantannya si kurap, setiap giliran dia lewat gue bales cie cie. Eh ternyata dia
bales, die mulai meneror gue lagi dengan cie cie paul. Gue msih bingung paul
yang mana,
“Paul yang mana sih sun?”
“Ituu begoo yang sebelah kiri”
“Yang mana? Yang jenggotan?”
“Bukan, itu tuh yang dikuncir”
“Yang man... OOHHHHH!!”
Sangking kagetnya gue mental 23meter.
Parah meennnnn! Itu cantik banget, kalah
ronaldinho. Gue terkagum-kagum sampai pulang, setiap pandangan kami bertemu,
gue langsung koma. Gue salting sendiri setiap deket paul, ga tau kenapa otak
gue langsung kopong. Gue juga baru tau kalau ternyata yang minta foto itu dia.
Gue deg-degan sendiri. Suara jantung gue melebihi suara mesin V8. Sangking
gatau harus berbuat apa, gue akhirnya makanin kabel.
Besoknya gue langsung cari informasi tentang paul,
gue tanya-tanya ke orang, tanya pin bb nya, golongan darah, ukkuran sepatu,
jumlah bulu mata, tingkat keasaman pada ketiak dll.
Sampai pada akhirnya gue tau yang seharunya ga gue
tau,
“Yaah ja, si paul kan udah punya pacar. Paulnya
juga sayang banget lagi sama pacarnya”
JEGEEEEEERRRRRRR!!!!!!
Walaupun tau mungkin akan menyakitkan, walaupun
tau mungkin cintanya tak akan terbalas, tetep aja masih dilakuin.
Ternyata gue juga termasuk manusia yang kejedot
ratusan juta kali itu. Sial.
Yaaaa sudahlah. Kalau memang gabisa buat apa
dipaksain, hal yang dipaksain hasilnya ga akan pernah baik.
Kereeennnn.....
Byee, see you on the next post bitch! Sorry for
the longpost hahaha~
3 comments:
Gua tukang gorengan kali , bukan tukang ngacak2 tempo wkwkwk
si paulina udah komen tuh
goodluck yah
Gw merasa terhina.... Ga deh boong wkwkwk, itu udh ada yg comment tak!
Hahaha suka banget bacanya :D
Post a Comment