Manusia Ubi
HAI!!! SAYA UPIN, DAN
INI PELIHARAAN SAYA IPIN!
Ngga ini bukan kisah
tentang dua makhluk botak itu.
Hai! Gila, udah
berkali-kali gue menelantarkan blog gue yang sangat rupawan ini. Dan kali ini
ga tanggung-tanggung sampe 4 taun! Fak! Pencitraan, nakal tapi tampan.
Dan lagi-lagi setiap
balik nulis kayaknya gue curhat mulu. Mau gimana lagi, emang cuma nulis yang
bisa bikin gue lega, rasanya kayak “plung, ahhhh….” Tapi selain curhat, kali ini
gue mau menceritakan penemuan gue atas suatu spesies baru dari hasil
persilangan antara manusia dan ubi cilembu. Yap, manusia ubi.
HAA?! MANUSIA UBI?!
KOBISAA?!
Gue juga awalnya ga
nyangka hubungan terlarang itu dapat menghasilkan spesies yang sangat langka
bahkan ga masuk akal. Jadi begini ceritanya,
Pada suatu hari yang
kelabu tahun 2014 di kediaman gue yang berlokasi di Cipanas Puncak waktu itu,
gue merasa sangat abu-abu. Bahkan kata keluarga gue sendiri kulit gue pun
berwarna abu-abu, serius, gue ga boong. Bahkan ada yang bilang gue abu-abu
metalik.
Gue yang abu-abu
menatap cermin dengan tatapan nanar pada hari yang kelabu itu. Gue bertanya
pada sesosok abu-abu yang ada di hadapan gue, walaupun gue tau, sosok abu-abu
metalik itu adalah refleksi dari diri gue sendiri, yang tentunya juga abu-abu.
Percakapan
dengan sosok abu-abu dalam cermin
Gue: Coba liat, gue
gangerti lagi sama lo. Udah jelek, kurus, dompet tipis, idung bolong, kulit
abu-abu pula. Maksud gue, oke lah mungkin ada juga yang senasib kaya lo kurus
jelek miskin dll tapi lo kulit pake segala abu-abu.
Sosok abu-abu: ………..
Gue: Ok itu gapenting
lah. Sekarang mau lo apa sih? Apa sih tujuan hidup lo? Hah?
Sosok abu-abu: ………..
Gue: Kok lo diem aja?
Sosok abu-abu: ………..
Gue: Terus, udah gitu
lo mau diem aja? Ha?
Sosok abu-abu: ………..
Gue: WAHAI ANAK ADAM, JAWAB PERTANYAAN GUE!!!!
JAWAB!!!
Sosok abu-abu: Berisik
lo bangsat. Lagian kan gue juga cuma refleksi dari bayangan lo doang. Dan bapak
gue bukan Adam.
Gue: Ohiya… Maap lupa… Bokap lo siapa btw…?
Sosok abu-abu: Au ah.
Gue: Oke... Sori nih ganggu…
Setelah gagal bercakap-cakap dengan sosok abu-abu yang terpantul di cermin, gue memutuskan untuk pergi bersama anjing-anjing gue jalan kaki ke tempat persembunyian, ke bangunan tua deket ladang jagung.
Kurang lebih begini tempatnya, tapi atapnya datar dan gue selalu di atasnya gaberani masuk. |
Gue sangat suka dengan
tempat ini, tenang, jarang ada manusia lewat, hanya ada suara alam yang serak
nan horror dan teman-teman gue, jagung-jagung segar. Gue menganggap mereka,
jagung-jagung yang segar itu sebagai teman karena pernah ada yang bilang kalo
gue masih seumur jagung. Berarti kalo gitu gue sama jagung seumuran dong?
Yaudah mereka jadi teman sejati gue.
Gue suka ke tempat ini
untuk merenung, nulis lirik lagu, menikmati fajar dan senja yang tenang dan
sejuk. Namun kali ini gue ketempat ini bukan cuma untuk menikmati keindahan
alam, gue datang untuk merenungi tujuan hidup. #njay
Gue duduk termenung
sembari mengawasi anjing-anjing gue yang asik bermain di ladang jagung, tatapan
gue hampa tanpa arah. Gue gamang. Gue bingung harus apa, mungkin gue harus
bertanya kepada alam yang damai ini. Siapatau gue bisa dapet jawaban.
“Apa sebenernya tujuan
hidup gue? Buat apa sebenernya gue ada di dunia ini? Apa sebenernya makna dari
kehidupan ini? Kenapa kulit manggis pake segala dibikin ekstrak nya?” Tanya gue
kepada alam.
Alam menjawab, “ADA
MBAH DUKUN… SEDANG NGOBATIN PAAAAA..”
Oke lam, stop. Lo ga
membantu.
Gue terdiam berjam-jam,
jiwa gue terombang-ambing diterpa hembusan angin kala itu. Suasana begitu
hening, silit gue berdenyut-denyut mengikuti irama aliran sungai yang terasa
begitu syahdu. Gue menikmati suasana itu hingga gue lupa kalo gue tadi lagi
nyari tujuan hidup.
Namun, keheningan itu
terpecah saat anjings (baca anjing-anjing, karena plural jd gue tambahin s,
biar ga ribet) gue menghampiri dengan gonggongan yang membabi buta, mereka
terlihat cemas dan bingung. Gue tanya anjings gue “kenapa kalian? Kok panik
begitu?” Gue lupa, mereka anjing. Gue langsung berdiri dan mereka menuntun gue
ke ladang jagung. Sesampainya disana gue tercengang, gue kaget, panik,
sekaligus ga percaya apa yg gue liat. Ada seorang bapak-bapak yang terlihat
kusam dan bau sedang memperkosa ubi… Ya, bapak-bapak itu sedang memperkosa
seonggok ubi cilembu yang manis.
WHAT THE HELL?! Gimana
anjings gue ga panik dan bingung, sungguh tega bapak kusam itu melakukan hal
keji kepada ubi cilembu yang manis. Karena kaget, sontak gue berteriak minta
bantuan sembari berlari menghampiri bapak kusam tersebut “PEMERKOSAAN!!! TOLONG
ADA UBI CILEMBU DIPERKOSA BAPAK-BAPAK KUSAM!!!” …….. Shit. Siapa yang bakal
dateng coba kalo denger teriakan gue itu, dan lagi disini cuma ada anjings dan
kawan-kawan jagung gue.
Gue lompat dan menyerang
bapak itu dengan tendangan halilintar dia cetak gol. Bapak itu kaget,
nangis, panik dan merasa tersakiti. Bulu keteknya rontok semua. Mungkin itu
semacam mekanisme pertahanan diri yang ada di tubuhnya jika ia merasa terancam.
Gue buru-buru menghampiri sang ubi yang tergeletak lemas sembari menghindari
bulu-bulu ketek bapak kusam itu yang rontok dan beterbangan kemana-mana.
Gue memaki bapak itu
selagi dia kabur dan hilang di hamparan ladang jagung yang begitu luas. Gue
melepas jaket gue untuk menyelimuti ubi yang tergeletak tanpa busana itu. Tapi
kan itu ubi…
Yaudahlah. Gue menggendong dan membawa pulang ubi malang tersebut,
yang sudah tidak sadarkan diri, mungkin beliau tidak sanggup menerima kenyataan
bahwa dirinya diperkosa oleh bapak kusam di tengah ladang jagung.
Teman sejati. |
Sesampainya dirumah,
gue langsung menyuruh mba gue untuk membawanya ke kamar untuk dibersihkan dan
diberikan pakaian. Gila lo masa gue yang gantiin bajunya, bukan muhrim.
Ga lama, ubi tersebut
siuman. Gue samperin dia, gue bawain teh hangat dan gue pancing dia cerita.
Setelah menangis sesenggukan akhirnya dia mau cerita kenapa dia bisa diperkosa
bapak kusam di tengah ladang jagung. Ternyata dia ubi dari Jakarta, dia dibawa
oleh keluarga dari Jakarta yang hendak mengunjungi villa yang kebetulan ga jauh
dari tempat gue. Dia bilang dia lagi jalan-jalan menikmati keindahan alam dan
bersihnya udara yang gabisa dia rasain di Jakarta, dan dia ga sadar kalo dia
udah diikutin sama bapak kusam tersebut sampai ke ladang jagung.
Suasana mulai cair, akhirnya
kami berdua berbincang berbagi cerita dan pengalaman dengan hangat. Keesokan
harinya saat gue hendak mengantar ubi itu pulang, ternyata keluarga yang
membawa dia sudah pergi dan melupakan sebongkah ubi malang tersebut. Alhasil
setelah begitu banyak pertimbangan dan isakan tangis sang ubi, jadilah ubi itu
tinggal di tempat gue.
Bulan demi bulan
berlalu, ternyata ubi tersebut hamil akibat ulah bapak kusam itu. Hingga
akhirnya tiba hari dimana ia akan melahirkan. Kondisi dia sangat buruk, mungkin
karena ia mengandung anak dari spesies yang berbeda dengan ubi. I think she won’t
make it.
Gue bawa dia ke dukun
beranak yang terkenal di daerah situ, biar ga mahal. Dia mengerang, berteriak
kesakitan seaakan-akan ia sedang ditembaki dengan AK-47. Gue juga berteriak, “KENAPAAAA!!!
KENAPA YA TUHAN, KENAPA UBI BISA MELAHIRKAN!!!!”
Suasana kian menegang,
hingga akhirnya…
“MHYAAA!!! MOHYAAA!!!! MOHYAHYAHYA!!!”
Lahirlah bayi wanita
hybrid hasil perkawinan silang antara manusia dan ubi cilembu. Dan sesuai
firasat gue, sang ibu meninggal dunia. Gue sedih sih, tapi ngga juga. Tapi
yaudahlah. Hikmahnya, telah lahir bayi hybrid yang sangat lucu dan
menggemaskan. Kalian bisa bayangin bentuknya? Ga, mending jangan pikirin yang
aneh-aneh. Beruntungnya dia memiliki badan yang mirip manusia dengan kaki
panjang yang indah, paras yang manis bak ubi cilembu mendiang ibunya dan mata
yang indah bagaikan bola takrau.
Gue menggendongnya
tanpa menghiraukan jasad sang ibu yang tergeletak. Gue menimangnya sambil
mengelus kepalanya, dan saat tatapan kami bertemu. DHUAARRRR JEGER GUMBRANG
BLARR!!!
Ada truk nabrak rumah
tetangga dan meledak.
Saat tatapan kami
bertemu, gue terpana. Gue berasa kaya Jacob pas ngeliat Renesmee. Gue bisa
ngeliat bayangan-bayangan dimana kami bersama, saling berbagi, mendukung,
melindungi, mencintai dan bahagia selamanya. Gue langsung berlari saking
bahagianya sembari menggendong sang anak hybrid. Gue berlari kencang tanpa
henti. Sebenernya gue lari biar ga bayar si dukun beranak. Dan bener aja, si
dukun teriak-teriak panic minta bayaran, dia geram, marah, dan ga lama setelah
itu terdengar suara ledakan. Rumah si dukun ditabrak truk dan meledak.
Ini adalah awal
pertemuan gue dengan si manusia ubi, dan awal perjalanan hidup gue yang sudah
memiliki tujuan. Gue bahagia. Hidup gue udah ga gamang. Gue udah menemukan apa
arti kehidupan.
YA, SEGITU DULU PALA
GUE PANAS.
Kenapa panas? Ya iyalah
karena itu based on true story dan gue harus ngerombak semuanya sehingga cerita
aslinya tersirat, bukan tersurat, MESKI DIRIKU TERUS BERKATA TIDAK.
Oke oke gue ga nyanyi
lagi.
Eh? Kok udahan? Itu lo
lari kemana? Terus apa tujuan hidup lo? Emang apa arti kehidupan? Terus gimana
nasib tetangga dan dukun beranak yang meledak?
Eaaaa kepo eaaaa. Gue
jawab di episode selanjutnya ya!
Di episode selanjutnya gue juga akan
menceritakan perjalanan hidup gue dengan bayi hybrid itu dari mulai dia bayi
sampai beranjak remaja dan timbul rasa cinta… Yang kalian semua tau itu adalah
cinta terlarang. Dengan makhluk yang terlarang pula. Fak. Pencitraan, nakal
tapi tampan.
No comments:
Post a Comment