Saturday 24 June 2017

Manusia Ubi

Manusia Ubi

HAI!!! SAYA UPIN, DAN INI PELIHARAAN SAYA IPIN!

Ngga ini bukan kisah tentang dua makhluk botak itu.

Hai! Gila, udah berkali-kali gue menelantarkan blog gue yang sangat rupawan ini. Dan kali ini ga tanggung-tanggung sampe 4 taun! Fak! Pencitraan, nakal tapi tampan.

Dan lagi-lagi setiap balik nulis kayaknya gue curhat mulu. Mau gimana lagi, emang cuma nulis yang bisa bikin gue lega, rasanya kayak “plung, ahhhh….” Tapi selain curhat, kali ini gue mau menceritakan penemuan gue atas suatu spesies baru dari hasil persilangan antara manusia dan ubi cilembu. Yap, manusia ubi.

HAA?! MANUSIA UBI?! KOBISAA?!

Gue juga awalnya ga nyangka hubungan terlarang itu dapat menghasilkan spesies yang sangat langka bahkan ga masuk akal. Jadi begini ceritanya,


Pada suatu hari yang kelabu tahun 2014 di kediaman gue yang berlokasi di Cipanas Puncak waktu itu, gue merasa sangat abu-abu. Bahkan kata keluarga gue sendiri kulit gue pun berwarna abu-abu, serius, gue ga boong. Bahkan ada yang bilang gue abu-abu metalik.

Gue yang abu-abu menatap cermin dengan tatapan nanar pada hari yang kelabu itu. Gue bertanya pada sesosok abu-abu yang ada di hadapan gue, walaupun gue tau, sosok abu-abu metalik itu adalah refleksi dari diri gue sendiri, yang tentunya juga abu-abu.

Percakapan dengan sosok abu-abu dalam cermin

Gue: Coba liat, gue gangerti lagi sama lo. Udah jelek, kurus, dompet tipis, idung bolong, kulit abu-abu pula. Maksud gue, oke lah mungkin ada juga yang senasib kaya lo kurus jelek miskin dll tapi lo kulit pake segala abu-abu.

Sosok abu-abu: ………..

Gue: Ok itu gapenting lah. Sekarang mau lo apa sih? Apa sih tujuan hidup lo? Hah?

Sosok abu-abu: ………..

Gue: Kok lo diem aja?

Sosok abu-abu: ………..

Gue: Terus, udah gitu lo mau diem aja? Ha?

Sosok abu-abu: ………..

Gue: WAHAI ANAK ADAM, JAWAB PERTANYAAN GUE!!!! JAWAB!!!

Sosok abu-abu: Berisik lo bangsat. Lagian kan gue juga cuma refleksi dari bayangan lo doang. Dan bapak gue bukan Adam.

Gue: Ohiya… Maap lupa… Bokap lo siapa btw…?

Sosok abu-abu: Au ah.

Gue: Oke... Sori nih ganggu…

Setelah gagal bercakap-cakap dengan sosok abu-abu yang terpantul di cermin, gue memutuskan untuk pergi bersama anjing-anjing gue jalan kaki ke tempat persembunyian, ke bangunan tua deket ladang jagung.

Kurang lebih begini tempatnya, tapi atapnya datar dan gue selalu di atasnya gaberani masuk.

Gue sangat suka dengan tempat ini, tenang, jarang ada manusia lewat, hanya ada suara alam yang serak nan horror dan teman-teman gue, jagung-jagung segar. Gue menganggap mereka, jagung-jagung yang segar itu sebagai teman karena pernah ada yang bilang kalo gue masih seumur jagung. Berarti kalo gitu gue sama jagung seumuran dong? Yaudah mereka jadi teman sejati gue.

Gue suka ke tempat ini untuk merenung, nulis lirik lagu, menikmati fajar dan senja yang tenang dan sejuk. Namun kali ini gue ketempat ini bukan cuma untuk menikmati keindahan alam, gue datang untuk merenungi tujuan hidup. #njay

Gue duduk termenung sembari mengawasi anjing-anjing gue yang asik bermain di ladang jagung, tatapan gue hampa tanpa arah. Gue gamang. Gue bingung harus apa, mungkin gue harus bertanya kepada alam yang damai ini. Siapatau gue bisa dapet jawaban.

“Apa sebenernya tujuan hidup gue? Buat apa sebenernya gue ada di dunia ini? Apa sebenernya makna dari kehidupan ini? Kenapa kulit manggis pake segala dibikin ekstrak nya?” Tanya gue kepada alam.

Alam menjawab, “ADA MBAH DUKUN… SEDANG NGOBATIN PAAAAA..”

Oke lam, stop. Lo ga membantu.

Gue terdiam berjam-jam, jiwa gue terombang-ambing diterpa hembusan angin kala itu. Suasana begitu hening, silit gue berdenyut-denyut mengikuti irama aliran sungai yang terasa begitu syahdu. Gue menikmati suasana itu hingga gue lupa kalo gue tadi lagi nyari tujuan hidup.

Namun, keheningan itu terpecah saat anjings (baca anjing-anjing, karena plural jd gue tambahin s, biar ga ribet) gue menghampiri dengan gonggongan yang membabi buta, mereka terlihat cemas dan bingung. Gue tanya anjings gue “kenapa kalian? Kok panik begitu?” Gue lupa, mereka anjing. Gue langsung berdiri dan mereka menuntun gue ke ladang jagung. Sesampainya disana gue tercengang, gue kaget, panik, sekaligus ga percaya apa yg gue liat. Ada seorang bapak-bapak yang terlihat kusam dan bau sedang memperkosa ubi… Ya, bapak-bapak itu sedang memperkosa seonggok ubi cilembu yang manis.

WHAT THE HELL?! Gimana anjings gue ga panik dan bingung, sungguh tega bapak kusam itu melakukan hal keji kepada ubi cilembu yang manis. Karena kaget, sontak gue berteriak minta bantuan sembari berlari menghampiri bapak kusam tersebut “PEMERKOSAAN!!! TOLONG ADA UBI CILEMBU DIPERKOSA BAPAK-BAPAK KUSAM!!!” …….. Shit. Siapa yang bakal dateng coba kalo denger teriakan gue itu, dan lagi disini cuma ada anjings dan kawan-kawan jagung gue.

Gue lompat dan menyerang bapak itu dengan tendangan halilintar dia cetak gol. Bapak itu kaget, nangis, panik dan merasa tersakiti. Bulu keteknya rontok semua. Mungkin itu semacam mekanisme pertahanan diri yang ada di tubuhnya jika ia merasa terancam. Gue buru-buru menghampiri sang ubi yang tergeletak lemas sembari menghindari bulu-bulu ketek bapak kusam itu yang rontok dan beterbangan kemana-mana.

Gue memaki bapak itu selagi dia kabur dan hilang di hamparan ladang jagung yang begitu luas. Gue melepas jaket gue untuk menyelimuti ubi yang tergeletak tanpa busana itu. Tapi kan itu ubi… 

Yaudahlah. Gue menggendong dan membawa pulang ubi malang tersebut, yang sudah tidak sadarkan diri, mungkin beliau tidak sanggup menerima kenyataan bahwa dirinya diperkosa oleh bapak kusam di tengah ladang jagung.

Teman sejati.

Sesampainya dirumah, gue langsung menyuruh mba gue untuk membawanya ke kamar untuk dibersihkan dan diberikan pakaian. Gila lo masa gue yang gantiin bajunya, bukan muhrim.

Ga lama, ubi tersebut siuman. Gue samperin dia, gue bawain teh hangat dan gue pancing dia cerita. Setelah menangis sesenggukan akhirnya dia mau cerita kenapa dia bisa diperkosa bapak kusam di tengah ladang jagung. Ternyata dia ubi dari Jakarta, dia dibawa oleh keluarga dari Jakarta yang hendak mengunjungi villa yang kebetulan ga jauh dari tempat gue. Dia bilang dia lagi jalan-jalan menikmati keindahan alam dan bersihnya udara yang gabisa dia rasain di Jakarta, dan dia ga sadar kalo dia udah diikutin sama bapak kusam tersebut sampai ke ladang jagung.

Suasana mulai cair, akhirnya kami berdua berbincang berbagi cerita dan pengalaman dengan hangat. Keesokan harinya saat gue hendak mengantar ubi itu pulang, ternyata keluarga yang membawa dia sudah pergi dan melupakan sebongkah ubi malang tersebut. Alhasil setelah begitu banyak pertimbangan dan isakan tangis sang ubi, jadilah ubi itu tinggal di tempat gue.

Bulan demi bulan berlalu, ternyata ubi tersebut hamil akibat ulah bapak kusam itu. Hingga akhirnya tiba hari dimana ia akan melahirkan. Kondisi dia sangat buruk, mungkin karena ia mengandung anak dari spesies yang berbeda dengan ubi. I think she won’t make it.

Gue bawa dia ke dukun beranak yang terkenal di daerah situ, biar ga mahal. Dia mengerang, berteriak kesakitan seaakan-akan ia sedang ditembaki dengan AK-47. Gue juga berteriak, “KENAPAAAA!!! KENAPA YA TUHAN, KENAPA UBI BISA MELAHIRKAN!!!!”

Suasana kian menegang, hingga akhirnya…

“MHYAAA!!! MOHYAAA!!!! MOHYAHYAHYA!!!”

Lahirlah bayi wanita hybrid hasil perkawinan silang antara manusia dan ubi cilembu. Dan sesuai firasat gue, sang ibu meninggal dunia. Gue sedih sih, tapi ngga juga. Tapi yaudahlah. Hikmahnya, telah lahir bayi hybrid yang sangat lucu dan menggemaskan. Kalian bisa bayangin bentuknya? Ga, mending jangan pikirin yang aneh-aneh. Beruntungnya dia memiliki badan yang mirip manusia dengan kaki panjang yang indah, paras yang manis bak ubi cilembu mendiang ibunya dan mata yang indah bagaikan bola takrau.

Gue menggendongnya tanpa menghiraukan jasad sang ibu yang tergeletak. Gue menimangnya sambil mengelus kepalanya, dan saat tatapan kami bertemu. DHUAARRRR JEGER GUMBRANG BLARR!!!

Ada truk nabrak rumah tetangga dan meledak.

Saat tatapan kami bertemu, gue terpana. Gue berasa kaya Jacob pas ngeliat Renesmee. Gue bisa ngeliat bayangan-bayangan dimana kami bersama, saling berbagi, mendukung, melindungi, mencintai dan bahagia selamanya. Gue langsung berlari saking bahagianya sembari menggendong sang anak hybrid. Gue berlari kencang tanpa henti. Sebenernya gue lari biar ga bayar si dukun beranak. Dan bener aja, si dukun teriak-teriak panic minta bayaran, dia geram, marah, dan ga lama setelah itu terdengar suara ledakan. Rumah si dukun ditabrak truk dan meledak.

Ini adalah awal pertemuan gue dengan si manusia ubi, dan awal perjalanan hidup gue yang sudah memiliki tujuan. Gue bahagia. Hidup gue udah ga gamang. Gue udah menemukan apa arti kehidupan.

YA, SEGITU DULU PALA GUE PANAS.

Kenapa panas? Ya iyalah karena itu based on true story dan gue harus ngerombak semuanya sehingga cerita aslinya tersirat, bukan tersurat, MESKI DIRIKU TERUS BERKATA TIDAK.

Oke oke gue ga nyanyi lagi.

Eh? Kok udahan? Itu lo lari kemana? Terus apa tujuan hidup lo? Emang apa arti kehidupan? Terus gimana nasib tetangga dan dukun beranak yang meledak?


Eaaaa kepo eaaaa. Gue jawab di episode selanjutnya ya! 

Di episode selanjutnya gue juga akan menceritakan perjalanan hidup gue dengan bayi hybrid itu dari mulai dia bayi sampai beranjak remaja dan timbul rasa cinta… Yang kalian semua tau itu adalah cinta terlarang. Dengan makhluk yang terlarang pula. Fak. Pencitraan, nakal tapi tampan.

No comments: